Lima tahun berselang setelah The Last Wizard of the Century adalah sebuah film Conan yang kembali mengutamakan rivalitas antara dua karakter karangan Aoyama Gosho ini. Di film ini, Kaitou Kid hendak mencuri sebuah batu berlian yang dipakai dalam sandiwara opera Napoleon. Seperti pencurian yang ia lakukan selama ini, Kid terlebih dahulu mengirimkan sebuah pesan peringatan kepada para polisi dan detektif sebelum beraksi.
Pesan yang diterima artis Julie itu kemudian dibawa kepada Kogoro dengan harapan supaya detektif bandot tua itu bisa turut menjaga pertunjukan. Penonton tentunya tahu bahwa setiap kali ada misteri tentang Kid, kita biasanya diajak untuk turut menebak menjadi siapakah Kid menyamar kali ini. Akan tetapi kali ini kita tak perlu menebak karena Kid menyamar menjadi… Shinichi Kudo! Bisa dibayangkan bukan betapa kelabakannya Conan melihat Shinichi palsu ini asik menggoda sang pacar? Untung saja belum sempat Kid beraksi, Conan bisa menghentikannya dan sang pencuri kabur dengan tangan kosong.
Merasa sudah berhasil, rombongan theater berikut Kogoro, Conan, dan kawan-kawan pun pergi berpesta ke Hakodate naik pesawat. Tapi apakah benar Kid sudah menyerah begitu saja? Ataukah ia sebenarnya tengah merancang opera pencurian besar-besaran yang bahkan tak disadari oleh Conan?
Saya berani berkata kalau ini film pertama Conan yang tidak memberi penekanan apapun pada misteri pembunuhan yang ada di dalamnya. Korbannya hanya satu, dan Conan menyelesaikannya dengan relatif cepat. Kalau saya tidak salah hitung keseluruhan prosesi mulai dari pembunuhan sampai disibakkannya pelaku oleh Conan hanya memakan kurang lebih 15 menit. Kalian mungkin heran bertanya-tanya, lantas bagaimana dengan 93 menit sisa pemutaran film?
Rupanya setelah kasus pembunuhan terungkap; itu baru merupakan akhir dari paruh pertama film ini yang kemudian mengambil perubahan radikal menjadi film aksi. Yang jelas perubahan theme ini benar-benar tidak tertebak dan sangat menyenangkan.
Saya sudah lama berharap akan sebuah film Conan yang tidak terlalu menekankan pada misteri pembunuhan (soalnya dalam konsep saya, seorang detektif kan tidak melulu harus menyelesaikan kasus pembunuhan) dan film ini memenuhi harapan saya.
Karena tidak terlalu berfokus pada misteri demi misteri yang harus dipecahkan, film ini juga memberi perhatian pada karakter-karakter dalamnya. Interaksi Kid dan Conan selalu merupakan keasyikan sendiri dilihat dan adu cerdik mereka di awal film sampai kerja sama mereka di akhir film semua seakan memperjelas kedudukan mereka sebagai rival dan sahabat. Dibandingkan Heiji, saya lebih salut pada Kaitou Kid - mungkin karena ia tidak terlalu dieksploitasi sehingga selalu menyisakan misteri di sekelilingnya. Beberapa adegan film ini juga sangat kocak seperti di mana Conan kebakaran jenggot melihat Kid menggoda Ran atau saat Conan salah memasang suara Eri sebagai suara Sonoko. Lucunya natural dan tidak terasa dibuat-buat.
Kalau dipikir secara logika, tidakkah mengesalkan bagi Ran yang sering mengalami kejadian-kejadian sangat berbahaya dan hanya ditelepon oleh Shinichi tanpa pernah dikunjungi sungguhan oleh orangnya? Maksudku cewek manapun jelas tidak terima bila setelah selamat dari bom atau dari korban pembunuhan dan sang cowok sekalipun tidak pernah menjenguknya (walaupun menelponnya). Rasa frutasi yang diteriakkan Ran di sini seakan merupakan teriakan rasa frustasi penonton dan pembaca serial Conan selama ini. Tidak ada jawaban konklusif memang akannya tetapi setidaknya penulis cerita mau mengakui bahwa ada kelemahan itu. Semoga ke depannya bisa diperbaiki lagi.
Selamat menonton filmnya… ^_^
Minggu, 06 Juni 2010
Detective Conan Movie 8: Magician of the Silver Sky
Diposting oleh Meitantei Mania di 20.23
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar